Lanjut ke konten

antibiotik II

PENGAWASAN MUTU PAKAN

 

“PENGARUH  PENAMBAHAN JAHE TERHADAP KONVERSI  PAKAN, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONSUMSI PAKAN TERHADAP AYAM BROILER”

 

 

 

OLEH

HARI FIRMAN HAKIM

0810612320

 

 

 

 

 

 

 

 

ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011

 

ABSTRAK 

 

Jahe merah banyak mengandung komponen bioaktif yang berupa atsiri oleoresin maupun gingerol yang berfungsi untuk membantu di dalam mengoptimalkan fungsi organ tubuh selain itu adanya kandungan vitamin dan mineral yang terdapat di dalam rimpang jahe makin meningkatkan nilai tambah tanaman ini sebagai jenis tanaman berkhasiat. Minyak atsiri juga bersifat anti inflamasi dan anti bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi ayam broiler yang diberi jahe merah (Zo) sebagai fitobiotik.

Metode:  Dua ratus ekor broiler berumur lima hari ditempatkan secara acak pada lima kelompok perlakukan pakan, yaitu P 0 (tanpa tambahan Zo), P I (dengan tambahan  Zo 0,5%) P II (dengan tambahan Zo 1 %), P III (dengan tambahan Zo 1,5 %) dan P IV (dengan tambahan Zo 2%). Pakan yang digunakan dirancang iso-kalori (3150 Kcal ME/Kg) dan iso-protein (21-23%), , Ca 1% dan P 0,5%. Setiap perlakuan diulang 5 kali, masing-masing terdiri 8 ekor ayam. Setiap akhir minggu, ayam ditimbang untuk mendapatkan penambahan berat badan (PBB), konsumsi dan konversi pakan. Setelah berumur 5 minggu, dilakukan analisis profil sel darah merah, sel darah putih dan zat warna darah (Hb). Data dianalisis varians menggunakan Rancangan Acak Lengkap (CRD) dan uji lanjut  Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penampilan produksi ayam broiler yang diberi fitobiotik jahe merah memberikan PBB lebih cepat (P <0,05), konsumsi pakan yang lebih rendah (P < 0,05). Total sel darah merah yang lebih baik (P<0,01) dibandingkan tanpa fitobiotik jahe merah. Hasil lain juga menunjukkan bahwa fitobiotik jahe merah hingga 1,5-2% memberikan efek negatif (P<0,05) pada jumlah sel darah putih dan Hb.

 

Kata kunci: jahe merah, fitobiotik, tampilan produksi, profil darah

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1 LATAR BELAKANG

Ayam pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, karena harganya relatif terjangkau dan pertumbuhan ayam broiler relatif lebih cepat dengan siklus hidup yang lebih singkat dibanding dengan ternak penghasil daging lain. Biaya pakan dalam usaha budidaya ternak unggas (ayam pedaging), merupakan komponen terbesar, yaitu sekitar 70% dari total biaya produksi.

 Salah satu upaya menghasilkan pakan unggas dengan harga yang terjangkau peternak adalah dengan penggunaan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Penambahan feed additive dalam pakan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan pemanfaatan bahan dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pakan. Penggunaan pakan tambahan berbahan dasar kimia yang sekarang banyak digunakan cenderung kurang baik bagi manusia yang mengkonsumsinya. Hal ini disebabkan adanya  residu dalam daging ayam tersebut.

Jahe merah banyak mengandung komponen bioaktif yang berupa atsiri oleoresin maupun gingerol yang berfungsi untuk membantu di dalam mengoptimalkan fungsi organ tubuh. Adanya kandungan vitamin dan mineral yang terdapat di dalam rimpang jahe makin meningkatkan nilai tambah tanaman ini sebagai jenis tanaman berkhasiat (Rismunandar, 1988). Minyak atsiri juga bersifat anti inflamasi dan anti bakteri (Achyad dan Rosyidah, 2000).

Produk unggas umumnya dipenuhi dari ayam (seperti: aneka macam ayam kampung, ayam pedaging/broiler, serta ayam petelur/layer), itik dan kalkun. Para nutrisionis percaya bahwa pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas, akan memberikan pertumbuhan yang baik pula. Berdasarkan alasan tersebut maka para praktisi dan peneliti tertarik untuk menggunakan bahan additive dalam pakan unggas.

Additive pakan adalah bahan yang tidak mengandung nutrien, sengaja ditambahkan dalam pakan ternak (pakan jadi) dalam jumlah sedikit, dengan tujuan untuk mendapatkan penampilan ternak yang lebih baik (Zuprizal, 2004), sehinga dapat meningkatkan produktivitas hasil peternakan. Additive pakan yang sering dipergunakan antara lain adalah: antibiotik, probiotik, fitobiotik, oligosakarida, enzim, asam-asam organik, zat warna serta hormon.

I.2 MATERI DAN METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler, pakan basal, tepung jahe merah (Zingiber officinale Rosc), dan filler. Ayam broiler yang digunakan adalah ayam broiler Strain Hubbard umur 5 hari yang dipasarkan oleh PT. Cipendawa Agro Industri Tbk. Pakan basal yang digunakan adalah pakan komersial BR-I yang diproduksi oleh PT. Central Proteina Prima, Semarang. Tepung jahe mcrah diproses tersendiri dari kumpulan rhizome (rimpang) jahe merah yang dibeli dari Pasar Beringharjo – Yogyakarta. Sebagai penggenap, digunakan filler yang berupa pasir halus.

Ransum penelitian ini dibuat secara iso-kalori dan iso-protein dengan rata-rata kandungan protein kasar (PK) sebesar 21-23%, energi sebesar 3150 kcal ME/kg, kalsium (Ca) 1%, serta fosfor (P) 0,5%. Pakan dan air minum diberikan secara adlibitum. Kandang yang dipergunakan berupa kelompok kandang litter bersekat dengan ukuran masing-masing kelompok (lxl) m2 dengan dinding kawat strimin setinggi 0,8 m. Untuk kebutuhan normal sehari-hari, masing-masing kandang dilengkapi dengan 2 tempat pakan dan 2 tempat minum.

Peralatan lain yang digunakan meliputi : oven 55 °C, Hammer mill, timbangan duduk kapasitas 5 kg (kepekaan 20 g), Neraca Ohaus kapasitas 20 kg (kepekaan I g), .timbangan digital kapasitas 1,2 kg (kepekaan 0,1 g),

Komposisi dan kandungan nutrient ransum yang dipergunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.       Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian (%)

Bahan

Komposisi bahan

P 0%

P 0,5%

P 1,0%

P 1,5%

P 2,0%

Ransum basal (%)1

Jahe merah (%)

Filler (%)

98, 00

0

2,00

98,00

0,50

1,50

98,00

1,00

1,00

98,00

1,50

0,50

98,00

2,00

0

Total

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Kandungan nutrient2

Air (%)

Abu (%)

Protein Kasar (%)

Lemak Kasar (%)

Serat kasar (%)

Kalsium (%)

Fosfor (%)

10,81

8,15

17,83

5,54

5,77

1,61

0,17

10,86

8,20

17,87

5,59

5,79

1,61

0,17

10,92

8,26

17,91

5,63

5,82

1,62

0,17

10,97

8,31

17,95

5,68

5,84

1,62

0,17

11,03

8,37

17,98

5,72

5,86

1,62

0,17

  1. Ransum Basal BRI – 1 diproduksi oleh PT. Central proteina Prima, semarang.
  2. Hasil analisis di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fak Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta

Dua ratus ekor ayam broiler ditempatkan pada 5 kelompok perlakuan pakan yang berbeda., setiap kelompok perlakuan pakan diberikan replikasi 5 kali. Pada pe­nelitian ini, masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor, sehingga seluruh anak ayam broiler tersebut terdistribusi secara merata pada 25 unit kandang (ayam).

Jahe merah segar yang telah dicuci bersih, diiris tipis-tipis, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1-2 hari. Untuk mengoptimalkan proses pengeringan, irisan jahe merah dikeringkan dalam oven 55 °C selama 24 jam. Setelah kering, irisan jahe merah tersebut kemudian digiling menggunakan Hammer mill dengan diameter penyaring 1 mm. Selanjutnya, untuk menghindari kerusakan secara khemis maupun mikrobiologis, tepung jahe merah tersebut disimpan dalam tabung kaca (toples) yang tertutup rapat.

 

Seluruh ayam dipelihara dalam waktu 5 minggu. Setiap minggu, seluruh ayam pada masing-masing kelompok perlakuan ditimbang untuk mendapatkan data bobot badan mingguan, total konsumsi, dan konversi pakan. Setelah berumur 5 minggu, ayam broiler diambil sampel darahnya untuk dianalisis profil sel darah merah, sel darah putih dan zat warna darah (Hb).

BAB II

PEMBAHASAN

 

Pengamatan biasa diukur dengan cara mengukur pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Dan di ukur dengan jangka waktu 5 minggu Penampilan produksi ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah.

 

Parameter yang diamati

Level jahe merah (%)

0

0,5

1,0

1,5

2,0

Konsumsi pakan (g/ekor)**

Pertambahan bobot badan (g/ekor)*

Konversi pakan*

4180,00q

1899,71

2,27b

4 4054,50

1888,44

2,15

4108,00q

1858,25

2,20

4196,50q

1955,53

2,15

4 3966,70p

1859,50a

2,14a

a,bSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

p,qSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini relatif baik, yaitu antara 3966,70 hingga 4196,50 g/ekor. Pemberian penambahan fitobiotik jahe merah dalam ransum basal memberikan sedikit peningkatan pada pertambahan bobot badan, yaitu dan 1899,71 menjadi 1955,53 g/ekor. Selanjutnya, penambahan fitobiotik jahe merah dalam ransum ternyata menurunkan konversi pakan.

Konsumsi pakan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam broiler mengalami penurunan setelah mendapatkan tambahan pakan fitobiotik jahe merah. Penambahan pakan fitobiotik jahe merah menurunkan konsumsi pakan (P<0,01) dari 4180,00 g/ekor (P-0%) menjadi 4054,50 g/ekor (?-0,5%), 4108,00 g/ekor (P-1,0%), 4196,50 g/ekor (P-1,5%), dan 3966,70 g/ekor (P-2,0%). Penurunan konsumsi pakan ini diduga disebabkan karena penetrasi senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada rhizome jahe merah, seperti : minyak atsiri (a-pinen, 3-felandren, borneol, kamfen, limonen, lina­lool, sitral, nonilaldehida, desilaldchida, metilhepte-non, sineol, hisaholen, 1-a kurku­inin, farnesen, humulen, zingiberon, zingiberol), serta oleoresin (yang mengandung zat berasa pedas, seperti : gingerol, zingeron, shogaol, tanin, gingerdiol, damar).

Pertambahan bobot badan

Rata-rata pertumbuhan ayam broiler yang digunakan sebagai materi percobaan cukup bagus. Laju pertambahan bobot badan tertinggi selama penelitian dicapai oleh kelompok ayam yang mendapatkan tambahan pakan jahe merah 1,5% (1955,53 g/ekor) dan kelompok ayam yang diberi tambahan pakan 0,5% memiliki laju pertumbuhan yang paling rendah (1888,44 g/ekor).

Kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah 1,5% dalam ransumnya memiliki laju pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain karena pakan tambahan jahe merah mengakibatkan proses pencernaan (digestion) berlangsung lebih baik.

 Penambahan jahe merah dalam ransum diduga juga menyebabkan proses pencernaan pakan terstimulasi, sehingga konversi pakan menjadi daging berjalan lebih optimal. Jahe merah memiliki sifat sebagai digestant dan stimulant. Apabila proses konversi pakan menjadi daging berjalan dengan baik, maka laju pertumbuhan (pertambahan bobot badan) akan menjadi lebih baik (Conley, 1997).

Konversi pakan

 

Kelompok ayam yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah memiliki konversi pakan lebih baik (P<0,01). Kelompok ayam yang diberi pakan tambahan 2,0% memiliki konversi pakan yang lebih baik (2,14) bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi pakan tambahan (2,27).

Profil Darah

 

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada 3 parameter utama profil darah, yaitu : keadaan sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte), dan zat warna darah (hemoglobin). Hasil pengamatan dan pengukuran profildarah ayam broiler yang dipakai sebagai materi percobaan dapat dilihat pada Tabel 3.

Jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan zat warna darah (Hb) ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah

Parameter

Yang diamati

Level jahe merah (%)

0

0,5

1,0

1,5

2

Sel darah merah (jt/µL)*

Sel darah putih (rb/µL)**

Zat warna darah (g/dL)ns

2,13a

8088,89q

8,97

2,44b

6357,50p

8,93

2,43b

6376,32p

8,78

2,13a

6720,59p

8,32

2,40b

6717,50p

8,63

a,bSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

p,qSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

nsNon Signifikan

Sel Darah Merah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah 0,5% dalam ransumnya memiliki jumlah sel darah merah yang paling banyak (2,44 jt/µL). Sebaliknya, kelompok ayam yang tidak mendapat pakan tambahan fitobiotik jahe merah memiliki jumlah sel darah merah yang paling sedikit (2,13 jt/µL). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan fitobiotik jahe merah dapat meningkatkan jumlah kandungan sel darah merah (P<0,05).

Sel Darah Putih

 

Jumlah sel darah putih ayam broiler yang terendah adalah 6357,50 rb/µL (R-0,5%) dan yang tertinggi adalah 8088,89 rb/µL (R-0%). Berdasarkan hasil penelitian nampak bahwa pemberian pakan tambahan fitobiotik jahe merah justru menurunkan kemampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih, padahal sel darah putih (leukocyte) memiliki peranan sangat penting dalam proses pembekuan darah, system imunologi tubuh, serta bertugas memusnahkan agen penyebab penyakit (Anonim, 2005).

Zat Warna Darah

 

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok ayam yang tidak diberi pakan tambahan fitobiotik jahe merah memiliki kandungan zat warna darah (Hb; Hemoglobin) yang paling tinggi (8,97 g/dL) dan kelompok yang diberi pakan tambahan fitobiotik jahe merah 1,5% memiliki kandungan Hb yang sedikit lebih rendah (8,32 g/dL). Zat warna darah yang terkandung di dalam sel darah merah (erithtocyte) ini berfungsi untuk mengikat dan mengantar oksigen ke seluruh bagian tubuh, serta memberi warna merah pada darah (Winters, 2004).

BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan, konversi pakan (FCR) dan total sel darah merah. Sedangkan penambahan pakan fitobiotik jahe merah hingga level 2% tersebut belum begitu baik pada produksi sel darah putih dan zat warna darah (Hb).

DAFTAR PUSTAKA

Achyad, D.E dan R. Rasyidah. 2000. Jahe. http://www.Asiamaya.com/jamu/isi/jahe zingiberoffinale.htm . diakses tanggal 3 April 2011.

Anonim. 2005. Darah. Available at: http://ms.wikipedia.org/wiki/darah . Diakses pada 3 April 2011.

Conley, M., 1997. Ginger – Part II. http://www.accesssnewage.com/articles/health/ginger2.htm    Diakses pada 3 April 2011.

Rismunandar, 1988. Rempah-rempah. Cetakan Pertama. Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung.

Winters, J., L. 2004. Adventorial. PT. Supreme Indo Pertiwi. Available at : http://www.sip-mlm.com/adventorial.htm . Diakses pada 3 April 2011.

Zuprizal, 2004. Antibiotik, Probiotik, dan Fitobiotik dalam Pakan Unggas – Ilmiah Populer. Majalah

PENGAWASAN MUTU PAKAN

 

“PENGARUH  PENAMBAHAN JAHE TERHADAP KONVERSI  PAKAN, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONSUMSI PAKAN TERHADAP AYAM BROILER”

 

 

 

OLEH

HARI FIRMAN HAKIM

0810612320

 

 

 

 

 

 

 

 

ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011

 

ABSTRAK 

 

Jahe merah banyak mengandung komponen bioaktif yang berupa atsiri oleoresin maupun gingerol yang berfungsi untuk membantu di dalam mengoptimalkan fungsi organ tubuh selain itu adanya kandungan vitamin dan mineral yang terdapat di dalam rimpang jahe makin meningkatkan nilai tambah tanaman ini sebagai jenis tanaman berkhasiat. Minyak atsiri juga bersifat anti inflamasi dan anti bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi ayam broiler yang diberi jahe merah (Zo) sebagai fitobiotik.

Metode:  Dua ratus ekor broiler berumur lima hari ditempatkan secara acak pada lima kelompok perlakukan pakan, yaitu P 0 (tanpa tambahan Zo), P I (dengan tambahan  Zo 0,5%) P II (dengan tambahan Zo 1 %), P III (dengan tambahan Zo 1,5 %) dan P IV (dengan tambahan Zo 2%). Pakan yang digunakan dirancang iso-kalori (3150 Kcal ME/Kg) dan iso-protein (21-23%), , Ca 1% dan P 0,5%. Setiap perlakuan diulang 5 kali, masing-masing terdiri 8 ekor ayam. Setiap akhir minggu, ayam ditimbang untuk mendapatkan penambahan berat badan (PBB), konsumsi dan konversi pakan. Setelah berumur 5 minggu, dilakukan analisis profil sel darah merah, sel darah putih dan zat warna darah (Hb). Data dianalisis varians menggunakan Rancangan Acak Lengkap (CRD) dan uji lanjut  Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penampilan produksi ayam broiler yang diberi fitobiotik jahe merah memberikan PBB lebih cepat (P <0,05), konsumsi pakan yang lebih rendah (P < 0,05). Total sel darah merah yang lebih baik (P<0,01) dibandingkan tanpa fitobiotik jahe merah. Hasil lain juga menunjukkan bahwa fitobiotik jahe merah hingga 1,5-2% memberikan efek negatif (P<0,05) pada jumlah sel darah putih dan Hb.

 

Kata kunci: jahe merah, fitobiotik, tampilan produksi, profil darah

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1 LATAR BELAKANG

Ayam pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, karena harganya relatif terjangkau dan pertumbuhan ayam broiler relatif lebih cepat dengan siklus hidup yang lebih singkat dibanding dengan ternak penghasil daging lain. Biaya pakan dalam usaha budidaya ternak unggas (ayam pedaging), merupakan komponen terbesar, yaitu sekitar 70% dari total biaya produksi.

 Salah satu upaya menghasilkan pakan unggas dengan harga yang terjangkau peternak adalah dengan penggunaan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Penambahan feed additive dalam pakan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan pemanfaatan bahan dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pakan. Penggunaan pakan tambahan berbahan dasar kimia yang sekarang banyak digunakan cenderung kurang baik bagi manusia yang mengkonsumsinya. Hal ini disebabkan adanya  residu dalam daging ayam tersebut.

Jahe merah banyak mengandung komponen bioaktif yang berupa atsiri oleoresin maupun gingerol yang berfungsi untuk membantu di dalam mengoptimalkan fungsi organ tubuh. Adanya kandungan vitamin dan mineral yang terdapat di dalam rimpang jahe makin meningkatkan nilai tambah tanaman ini sebagai jenis tanaman berkhasiat (Rismunandar, 1988). Minyak atsiri juga bersifat anti inflamasi dan anti bakteri (Achyad dan Rosyidah, 2000).

Produk unggas umumnya dipenuhi dari ayam (seperti: aneka macam ayam kampung, ayam pedaging/broiler, serta ayam petelur/layer), itik dan kalkun. Para nutrisionis percaya bahwa pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas, akan memberikan pertumbuhan yang baik pula. Berdasarkan alasan tersebut maka para praktisi dan peneliti tertarik untuk menggunakan bahan additive dalam pakan unggas.

Additive pakan adalah bahan yang tidak mengandung nutrien, sengaja ditambahkan dalam pakan ternak (pakan jadi) dalam jumlah sedikit, dengan tujuan untuk mendapatkan penampilan ternak yang lebih baik (Zuprizal, 2004), sehinga dapat meningkatkan produktivitas hasil peternakan. Additive pakan yang sering dipergunakan antara lain adalah: antibiotik, probiotik, fitobiotik, oligosakarida, enzim, asam-asam organik, zat warna serta hormon.

I.2 MATERI DAN METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler, pakan basal, tepung jahe merah (Zingiber officinale Rosc), dan filler. Ayam broiler yang digunakan adalah ayam broiler Strain Hubbard umur 5 hari yang dipasarkan oleh PT. Cipendawa Agro Industri Tbk. Pakan basal yang digunakan adalah pakan komersial BR-I yang diproduksi oleh PT. Central Proteina Prima, Semarang. Tepung jahe mcrah diproses tersendiri dari kumpulan rhizome (rimpang) jahe merah yang dibeli dari Pasar Beringharjo – Yogyakarta. Sebagai penggenap, digunakan filler yang berupa pasir halus.

Ransum penelitian ini dibuat secara iso-kalori dan iso-protein dengan rata-rata kandungan protein kasar (PK) sebesar 21-23%, energi sebesar 3150 kcal ME/kg, kalsium (Ca) 1%, serta fosfor (P) 0,5%. Pakan dan air minum diberikan secara adlibitum. Kandang yang dipergunakan berupa kelompok kandang litter bersekat dengan ukuran masing-masing kelompok (lxl) m2 dengan dinding kawat strimin setinggi 0,8 m. Untuk kebutuhan normal sehari-hari, masing-masing kandang dilengkapi dengan 2 tempat pakan dan 2 tempat minum.

Peralatan lain yang digunakan meliputi : oven 55 °C, Hammer mill, timbangan duduk kapasitas 5 kg (kepekaan 20 g), Neraca Ohaus kapasitas 20 kg (kepekaan I g), .timbangan digital kapasitas 1,2 kg (kepekaan 0,1 g),

Komposisi dan kandungan nutrient ransum yang dipergunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.       Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian (%)

Bahan

Komposisi bahan

P 0%

P 0,5%

P 1,0%

P 1,5%

P 2,0%

Ransum basal (%)1

Jahe merah (%)

Filler (%)

98, 00

0

2,00

98,00

0,50

1,50

98,00

1,00

1,00

98,00

1,50

0,50

98,00

2,00

0

Total

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Kandungan nutrient2

Air (%)

Abu (%)

Protein Kasar (%)

Lemak Kasar (%)

Serat kasar (%)

Kalsium (%)

Fosfor (%)

10,81

8,15

17,83

5,54

5,77

1,61

0,17

10,86

8,20

17,87

5,59

5,79

1,61

0,17

10,92

8,26

17,91

5,63

5,82

1,62

0,17

10,97

8,31

17,95

5,68

5,84

1,62

0,17

11,03

8,37

17,98

5,72

5,86

1,62

0,17

  1. Ransum Basal BRI – 1 diproduksi oleh PT. Central proteina Prima, semarang.
  2. Hasil analisis di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fak Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta

Dua ratus ekor ayam broiler ditempatkan pada 5 kelompok perlakuan pakan yang berbeda., setiap kelompok perlakuan pakan diberikan replikasi 5 kali. Pada pe­nelitian ini, masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor, sehingga seluruh anak ayam broiler tersebut terdistribusi secara merata pada 25 unit kandang (ayam).

Jahe merah segar yang telah dicuci bersih, diiris tipis-tipis, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1-2 hari. Untuk mengoptimalkan proses pengeringan, irisan jahe merah dikeringkan dalam oven 55 °C selama 24 jam. Setelah kering, irisan jahe merah tersebut kemudian digiling menggunakan Hammer mill dengan diameter penyaring 1 mm. Selanjutnya, untuk menghindari kerusakan secara khemis maupun mikrobiologis, tepung jahe merah tersebut disimpan dalam tabung kaca (toples) yang tertutup rapat.

 

Seluruh ayam dipelihara dalam waktu 5 minggu. Setiap minggu, seluruh ayam pada masing-masing kelompok perlakuan ditimbang untuk mendapatkan data bobot badan mingguan, total konsumsi, dan konversi pakan. Setelah berumur 5 minggu, ayam broiler diambil sampel darahnya untuk dianalisis profil sel darah merah, sel darah putih dan zat warna darah (Hb).

BAB II

PEMBAHASAN

 

Pengamatan biasa diukur dengan cara mengukur pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Dan di ukur dengan jangka waktu 5 minggu Penampilan produksi ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah.

 

Parameter yang diamati

Level jahe merah (%)

0

0,5

1,0

1,5

2,0

Konsumsi pakan (g/ekor)**

Pertambahan bobot badan (g/ekor)*

Konversi pakan*

4180,00q

1899,71

2,27b

4 4054,50

1888,44

2,15

4108,00q

1858,25

2,20

4196,50q

1955,53

2,15

4 3966,70p

1859,50a

2,14a

a,bSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

p,qSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini relatif baik, yaitu antara 3966,70 hingga 4196,50 g/ekor. Pemberian penambahan fitobiotik jahe merah dalam ransum basal memberikan sedikit peningkatan pada pertambahan bobot badan, yaitu dan 1899,71 menjadi 1955,53 g/ekor. Selanjutnya, penambahan fitobiotik jahe merah dalam ransum ternyata menurunkan konversi pakan.

Konsumsi pakan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam broiler mengalami penurunan setelah mendapatkan tambahan pakan fitobiotik jahe merah. Penambahan pakan fitobiotik jahe merah menurunkan konsumsi pakan (P<0,01) dari 4180,00 g/ekor (P-0%) menjadi 4054,50 g/ekor (?-0,5%), 4108,00 g/ekor (P-1,0%), 4196,50 g/ekor (P-1,5%), dan 3966,70 g/ekor (P-2,0%). Penurunan konsumsi pakan ini diduga disebabkan karena penetrasi senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada rhizome jahe merah, seperti : minyak atsiri (a-pinen, 3-felandren, borneol, kamfen, limonen, lina­lool, sitral, nonilaldehida, desilaldchida, metilhepte-non, sineol, hisaholen, 1-a kurku­inin, farnesen, humulen, zingiberon, zingiberol), serta oleoresin (yang mengandung zat berasa pedas, seperti : gingerol, zingeron, shogaol, tanin, gingerdiol, damar).

Pertambahan bobot badan

Rata-rata pertumbuhan ayam broiler yang digunakan sebagai materi percobaan cukup bagus. Laju pertambahan bobot badan tertinggi selama penelitian dicapai oleh kelompok ayam yang mendapatkan tambahan pakan jahe merah 1,5% (1955,53 g/ekor) dan kelompok ayam yang diberi tambahan pakan 0,5% memiliki laju pertumbuhan yang paling rendah (1888,44 g/ekor).

Kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah 1,5% dalam ransumnya memiliki laju pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain karena pakan tambahan jahe merah mengakibatkan proses pencernaan (digestion) berlangsung lebih baik.

 Penambahan jahe merah dalam ransum diduga juga menyebabkan proses pencernaan pakan terstimulasi, sehingga konversi pakan menjadi daging berjalan lebih optimal. Jahe merah memiliki sifat sebagai digestant dan stimulant. Apabila proses konversi pakan menjadi daging berjalan dengan baik, maka laju pertumbuhan (pertambahan bobot badan) akan menjadi lebih baik (Conley, 1997).

Konversi pakan

 

Kelompok ayam yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah memiliki konversi pakan lebih baik (P<0,01). Kelompok ayam yang diberi pakan tambahan 2,0% memiliki konversi pakan yang lebih baik (2,14) bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi pakan tambahan (2,27).

Profil Darah

 

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada 3 parameter utama profil darah, yaitu : keadaan sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte), dan zat warna darah (hemoglobin). Hasil pengamatan dan pengukuran profildarah ayam broiler yang dipakai sebagai materi percobaan dapat dilihat pada Tabel 3.

Jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan zat warna darah (Hb) ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah

Parameter

Yang diamati

Level jahe merah (%)

0

0,5

1,0

1,5

2

Sel darah merah (jt/µL)*

Sel darah putih (rb/µL)**

Zat warna darah (g/dL)ns

2,13a

8088,89q

8,97

2,44b

6357,50p

8,93

2,43b

6376,32p

8,78

2,13a

6720,59p

8,32

2,40b

6717,50p

8,63

a,bSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

p,qSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

nsNon Signifikan

Sel Darah Merah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah 0,5% dalam ransumnya memiliki jumlah sel darah merah yang paling banyak (2,44 jt/µL). Sebaliknya, kelompok ayam yang tidak mendapat pakan tambahan fitobiotik jahe merah memiliki jumlah sel darah merah yang paling sedikit (2,13 jt/µL). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan fitobiotik jahe merah dapat meningkatkan jumlah kandungan sel darah merah (P<0,05).

Sel Darah Putih

 

Jumlah sel darah putih ayam broiler yang terendah adalah 6357,50 rb/µL (R-0,5%) dan yang tertinggi adalah 8088,89 rb/µL (R-0%). Berdasarkan hasil penelitian nampak bahwa pemberian pakan tambahan fitobiotik jahe merah justru menurunkan kemampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih, padahal sel darah putih (leukocyte) memiliki peranan sangat penting dalam proses pembekuan darah, system imunologi tubuh, serta bertugas memusnahkan agen penyebab penyakit (Anonim, 2005).

Zat Warna Darah

 

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok ayam yang tidak diberi pakan tambahan fitobiotik jahe merah memiliki kandungan zat warna darah (Hb; Hemoglobin) yang paling tinggi (8,97 g/dL) dan kelompok yang diberi pakan tambahan fitobiotik jahe merah 1,5% memiliki kandungan Hb yang sedikit lebih rendah (8,32 g/dL). Zat warna darah yang terkandung di dalam sel darah merah (erithtocyte) ini berfungsi untuk mengikat dan mengantar oksigen ke seluruh bagian tubuh, serta memberi warna merah pada darah (Winters, 2004).

BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan, konversi pakan (FCR) dan total sel darah merah. Sedangkan penambahan pakan fitobiotik jahe merah hingga level 2% tersebut belum begitu baik pada produksi sel darah putih dan zat warna darah (Hb).

DAFTAR PUSTAKA

Achyad, D.E dan R. Rasyidah. 2000. Jahe. http://www.Asiamaya.com/jamu/isi/jahe zingiberoffinale.htm . diakses tanggal 3 April 2011.

Anonim. 2005. Darah. Available at: http://ms.wikipedia.org/wiki/darah . Diakses pada 3 April 2011.

Conley, M., 1997. Ginger – Part II. http://www.accesssnewage.com/articles/health/ginger2.htm    Diakses pada 3 April 2011.

Rismunandar, 1988. Rempah-rempah. Cetakan Pertama. Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung.

Winters, J., L. 2004. Adventorial. PT. Supreme Indo Pertiwi. Available at : http://www.sip-mlm.com/adventorial.htm . Diakses pada 3 April 2011.

Zuprizal, 2004. Antibiotik, Probiotik, dan Fitobiotik dalam Pakan Unggas – Ilmiah Populer. Majalah

Gambar

puncak pusaran angin

puncak pusaran angin

antibiotik alami

 

PENGAWASAN MUTU PAKAN

ANTIBIOTIK ALAMI

 

OLEH

HARI FIRMAN HAKIM

0810612320

 

 

 

 

ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011

BAB I

PENDAHULUAN

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman.

Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki peluru ajaib: obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.

Penemuan antibiotika terjadi secara ‘tidak sengaja’ ketika Alexander Fleming, pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang ‘bersih’ dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembab beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G.

Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh peneliti-peneliti dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19 namun hasilnya tidak diakui oleh lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi.

Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang ‘kebal’ terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkanbakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang ‘tanggung’ hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang kebal.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan additive dalam pakan ternak, hal ini disebabkan karena hadirnya residu dari antibiotik yang dapat berbahaya bagi konsumen produk peternakan, di samping itu antibiotik dapat menciptakan mikroorganisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak terutama bakteri-bakteri patogen diantaranya Salmonella sp..  

Salah satu alternatif yang aman digunakan sebagai feed additive pada ransum maupun air minum adalah ramuan dari tanaman-tanaman herbal yang relatif lebih murah dan mudah didapatkan, sehingga akan memberikan keuntungan bagi peternak. Selain itu, ramuan herbal juga mampu menurunkan level kolesterol dalam tubuh ternak sehingga akan berpengaruh pada produk-produk peternakan diantaranya telur dan daging.

Ramuan herbal telah sejak dahulu dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obat maupun untuk memperbaiki metabolisme dalam tubuh. Laporan ilmiah populer menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan ramuan herbal untuk manusia juga ampuh menekan berbagai penyakit pada ternak, namun fakta ilmiah belum banyak mengungkapkannya. Perbaikan metabolisme melalui pemberian ramuan herbal secara tidak langsung akan meningkatkan performans ternak melalui zat bioaktif yang dikandungnya. Dengan demikian, ternak akan lebih sehat karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, dan menurut pengamatan peternak aroma daging dan telur ayam yang diberi jamu tidak amis dibandingkan dengan ayam yang tidak diberi jamu (Zainuddin dan Wakradihardja, 2001 dalam Agustina, 2006).  

Menurut Rahayu dan Budiman (2008) bahwa tingginya harga obat-obatan dan pakan komersial serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keamanan pangan yang dikonsumsinya mendorong pemikiran untuk memanfaatkan berbagai tanaman tradisional baik sebagai feed supplement dan atau obat-obatan. Indonesia kaya sekali akan tanaman tradisional yang memiliki fungsi positif dan belum dieksplorasi secara optimal sampai saat ini. Penggunaan antibiotik sebagai feed additive dalam ransum selama ini memberikan dampak atau pengaruh yang negatif diantaranya adanya residu dan resistensi bakteri.

Selain itu, di Indonesia penggunaan antibiotik pada ternak tidak terkontrol, akibatnya memberikan dampak negatif pada ternak maupun manusia yang mengkonsumsi produk peternakan. Saat ini diperlukan bahan-bahan alternatif yang aman dan alami sebagai pengganti fungsi dari antibiotik diantaranya ramuan herbal. Penggunaan herbal sebagai feed additive dalam ransum broiler bertujuan untuk mengganti penggunaan antibiotik sebagai growth promotor dan pencegah penyakit pada ternak unggas sehingga ternak dan manusia dapat terhindar dari residue antibiotik dan resistensi bakteri.

 Manfaat penggunaan herbal dalam ransum unggas adalah sebagai feed additive yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan dan kesehatan ternak. Selain itu, penggunaan herbal relatif lebih murah dibandingkan dengan antibiotik, sehingga penggunaan herbal kini harus lebih ditingkatkan dan masa yang akan datang dengan cara yang modern.

 

II.1 KUNYIT

Kunyit hampir selalu dipakai peternak ayam organik. Kunyit mengandung senyawa aktif kurkumin. Senyawa ini memiliki aktivitas farmakologis sebagai antiradang, antimikroba, antivirus, antikolesterol, dan sitotoksik atau menghambat sel kanker. Tingkat kematian ayam yang diberi ramuan herbal di Balai Penelitan Ternak, Ciawi, Bogor,turun menjadi 2% dari sebelumnya 6%.

Herbal lain umumnya berfungsi sebagai antibiotik alami bagi ayam. Contoh bawang putih dan daun sirih. Kedua bahan itu dikenal mengandung senyawa antibiotik. Sementara penggunaan temulawak dimaksudkan untuk meningkatkan nafsu makan ayam. Oleh karena itu kombinasi herbal itu dapat membuat pertumbuhan ayam optimal dengan daya tahan tubuh lebih baik. Beberapa peternak seperti Soemini menambahkan gula merah dan mikroba starter ke dalam ramuan herbal.

 Mikroba berfungsi sebagai probiotik untuk meningkatkan daya cerna ayam sekaligus menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan, sementara gula menjadi sumber energi kehidupan mikroba.

II.2 BAWANG PUTIH

Vigo Premium adalah paduan minyak vco dan minyak bawang putih yang berfungsi sebagai herbal anti kanker dan mencegah obesitas.
Kandungan senyawa alisin dalam bawang putih berfungsisebagai antibiotik alami dan senyawa asam laurat berfungsi sebagai pembunuh virus, bakteri jamur dan kuman.

Merupakan salah satu anggota keluarga bawang, bawang putih merupakan salah satu tanaman budidaya tertua dan memiliki sejarah yang kaya dalam penggunaan bidang kuliner dan pengobatan. Terbukti bahwa bawang putih dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi trigliserida dan tekanan darah. Suatu senyawa alami dalam bawang putih dikenal sebagai allicin tampaknya bertanggung jawab untuk efek penurun kolesterol. Bawang putih merupakan sumber vitamin dan mineral seperti kalsium, besi, magnesium, fosfor, kalium, dan natrium.

Terdapat banyak sekali khasiat bawang putih, khasiat yang utama antara lain: memperbaiki kerja otak, menjaga sistem kekebalan tubuh, membantu menghambat proses penuaanmengurangi resiko terkena kanker, membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mencegah penggumpalan darah, membantu meredakan stress, kecemasan, dan depresi, menghindarkan dari kemungkinan berpenyakit jantung, menyembuhkan tekanan darah tinggi, meringankan tukak lambung, menurunkan kolesterol dalam darah, meningkatkan insulin darah bagi penderita diabetes, sebagai penawar racun, membantu menambahkan nafsu makan apabila dimakan mentah dan berbagai khasiat lainnya.

II.3 DAUN SIRIH

Mastitis adalah salah satu penyakit yang sering menyerang pada kambing perah. Pencegahan dan pengobatan penyakit mastitis atau radang internal kelenjar ambing akibat serangan bakteri Streptococcus agalactiae, Staphylococcus epidermis dan Staphylococcus aerus. Biasa dilakukan  pencelupan (dipping) putting ke dalam cairan desinfektan kimia (cairan anti mikroba), tujuannya adalah  meminimalisir jumlah patogen mastitis. Desinfektan kimia  mengandung fenol, alkohol, klor, zat warna, sulfonamida, garam-garam dari logam berat yang mudah merusak kulit ternak dan dari segi harga juga relatif mahal.

Tetapi sekarang di era pertanian organik yang menuntut bahan pangan aman bagi manusia. Desinfektan kimia dapat digantikan dengan desinfektan alami menggunakan ekstrak dan air rebusan daun sirih. Sirih   adalah tanaman herbal yang telah digunakan secara turun menurun sebagai obat herbal masyarakat Indonesia.

Penggunaan antimikroba alami sebagai alternatif pengganti desinfektan kimia telah diteliti oleh Iyep Komala, Dosen dan Peneliti Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Pencegahan dan pengobatan mastitis dengan melalui pencelupan cairan ekstrak daun sirih biasanya menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 25 % atau 50 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 25 % dan 50 % mampu membunuh bakteri penyebab mastitis hingga 99 %. Begitu pula dengan menggunakan air rebusan daun sirih.

 Dari hasil penelitiannya minyak atsiri yang terkandung dalam daun sirih mengandung minyak terbang (betlephenol), seskuiterpena, pati, diatase, gula dan chavicol yang memiiki daya mematikan kuman, antioksidasi dan anti jamur selain itu harganya lebih murah. Aplikasi  dengan menggunakan ekstrak daun sirih atau rebusan daun sirih sebagai pencelup puting mempunyai dasar yang kuat karena adanya kandungan minyak atsiri yang mempunyai aktivitas antimikroba.

Persentase serangan mastitis subklinis paling tinggi terjadi di Indonesia, sekitar 67-90 % pada tahun 1983 sampai tahun 2002. Jika tidak dicegah mastitis subklinis akan berubah menjadi mastitis klinis. 

Cara Pembuatan ekstrak  dengan rebusan daun sirih.

Cara  ekstrak daun sirih diencerkan dengan alkohol dan aquadest. Kemudian masukkan cairan ekstrak daun sirih ke dalam wadah atau cangkir ukuran 250 ml, kemudian celupkan puting sapi ke dalamnya. Pencelupan dilakukan selama 30 detik hingga 1 menit, dua kali sehari, setelah pemerahan susu.

Sedangkan cara menggunakan rebusan daun sirih langkah pembuatan sebagai berikut :

1.      Sediakan Air bersih (bukan air yang mengandung kaporit) 750 ml

2.      Sediakan Daun sirih hijau atau sirih  kuning  7-10 lembar

3.      Rebus daun sirih hingga air rebusan berwarna tampak kehijauan (kurang lebih 750 Celcius)

4.      Pastikan warna air tidak pekat dan tidak mengental

5.      Masukkan kedalam wadah dengan ukuran 250 ml dan dinginkan

Pemberiannya dapat dilakukan dengan pencelupan dan penyuntikan, dengan cara:  

1.      Bersihkan dulu putting dari krim pelican (vaselin) jika tidak dibersihkan maka cairan desinfektan alami ini tidak bisa masuk ke lubang putting
2.      Masukkan air rebusan tadi kedalam gelas ukuran 250 ml
3.      Celupkan ke putting ternak cairan rebusan daun sirih selama 30 detik hingga 1 menit.
4.      Pencelupan dilakukan dua kali sehari setelah pemerahan

Selain dicelupkan air rebusan daun sirih juga dapat disuntikkan kedalam putting apabila ternak sudah terindikasi positif terkena mastitis.

Cara penyuntikan :

1.      Sediakan alat suntik (spet), buang jarumnya

2.      Isi alat suntik dengan cairan daun sirih 

3.      Urut areal puting ketas agar cairan desinfektan menyebar ke seluruh bagian putting

4.      Tunggu sekitar 1 menit, kemudian keluarkan lagi dengan cara mengurut ke arah lubang puting.

5.      Sama dengan cara pencelupan metode penyuntikan juga dilakukan secara rutin dua kali sehari setelah proses pemerahan.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Begitu pentingnya pengunaan antibiotik alami ini sehinngga mampu memberikan hasil  ternak yang organik dan murah tanpa menimbulkan efek samping terhadap konsumennya.

 

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.