Lanjut ke konten

antibiotik II

Maret 14, 2012

PENGAWASAN MUTU PAKAN

 

“PENGARUH  PENAMBAHAN JAHE TERHADAP KONVERSI  PAKAN, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONSUMSI PAKAN TERHADAP AYAM BROILER”

 

 

 

OLEH

HARI FIRMAN HAKIM

0810612320

 

 

 

 

 

 

 

 

ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011

 

ABSTRAK 

 

Jahe merah banyak mengandung komponen bioaktif yang berupa atsiri oleoresin maupun gingerol yang berfungsi untuk membantu di dalam mengoptimalkan fungsi organ tubuh selain itu adanya kandungan vitamin dan mineral yang terdapat di dalam rimpang jahe makin meningkatkan nilai tambah tanaman ini sebagai jenis tanaman berkhasiat. Minyak atsiri juga bersifat anti inflamasi dan anti bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi ayam broiler yang diberi jahe merah (Zo) sebagai fitobiotik.

Metode:  Dua ratus ekor broiler berumur lima hari ditempatkan secara acak pada lima kelompok perlakukan pakan, yaitu P 0 (tanpa tambahan Zo), P I (dengan tambahan  Zo 0,5%) P II (dengan tambahan Zo 1 %), P III (dengan tambahan Zo 1,5 %) dan P IV (dengan tambahan Zo 2%). Pakan yang digunakan dirancang iso-kalori (3150 Kcal ME/Kg) dan iso-protein (21-23%), , Ca 1% dan P 0,5%. Setiap perlakuan diulang 5 kali, masing-masing terdiri 8 ekor ayam. Setiap akhir minggu, ayam ditimbang untuk mendapatkan penambahan berat badan (PBB), konsumsi dan konversi pakan. Setelah berumur 5 minggu, dilakukan analisis profil sel darah merah, sel darah putih dan zat warna darah (Hb). Data dianalisis varians menggunakan Rancangan Acak Lengkap (CRD) dan uji lanjut  Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penampilan produksi ayam broiler yang diberi fitobiotik jahe merah memberikan PBB lebih cepat (P <0,05), konsumsi pakan yang lebih rendah (P < 0,05). Total sel darah merah yang lebih baik (P<0,01) dibandingkan tanpa fitobiotik jahe merah. Hasil lain juga menunjukkan bahwa fitobiotik jahe merah hingga 1,5-2% memberikan efek negatif (P<0,05) pada jumlah sel darah putih dan Hb.

 

Kata kunci: jahe merah, fitobiotik, tampilan produksi, profil darah

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1 LATAR BELAKANG

Ayam pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, karena harganya relatif terjangkau dan pertumbuhan ayam broiler relatif lebih cepat dengan siklus hidup yang lebih singkat dibanding dengan ternak penghasil daging lain. Biaya pakan dalam usaha budidaya ternak unggas (ayam pedaging), merupakan komponen terbesar, yaitu sekitar 70% dari total biaya produksi.

 Salah satu upaya menghasilkan pakan unggas dengan harga yang terjangkau peternak adalah dengan penggunaan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Penambahan feed additive dalam pakan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan pemanfaatan bahan dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pakan. Penggunaan pakan tambahan berbahan dasar kimia yang sekarang banyak digunakan cenderung kurang baik bagi manusia yang mengkonsumsinya. Hal ini disebabkan adanya  residu dalam daging ayam tersebut.

Jahe merah banyak mengandung komponen bioaktif yang berupa atsiri oleoresin maupun gingerol yang berfungsi untuk membantu di dalam mengoptimalkan fungsi organ tubuh. Adanya kandungan vitamin dan mineral yang terdapat di dalam rimpang jahe makin meningkatkan nilai tambah tanaman ini sebagai jenis tanaman berkhasiat (Rismunandar, 1988). Minyak atsiri juga bersifat anti inflamasi dan anti bakteri (Achyad dan Rosyidah, 2000).

Produk unggas umumnya dipenuhi dari ayam (seperti: aneka macam ayam kampung, ayam pedaging/broiler, serta ayam petelur/layer), itik dan kalkun. Para nutrisionis percaya bahwa pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas, akan memberikan pertumbuhan yang baik pula. Berdasarkan alasan tersebut maka para praktisi dan peneliti tertarik untuk menggunakan bahan additive dalam pakan unggas.

Additive pakan adalah bahan yang tidak mengandung nutrien, sengaja ditambahkan dalam pakan ternak (pakan jadi) dalam jumlah sedikit, dengan tujuan untuk mendapatkan penampilan ternak yang lebih baik (Zuprizal, 2004), sehinga dapat meningkatkan produktivitas hasil peternakan. Additive pakan yang sering dipergunakan antara lain adalah: antibiotik, probiotik, fitobiotik, oligosakarida, enzim, asam-asam organik, zat warna serta hormon.

I.2 MATERI DAN METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler, pakan basal, tepung jahe merah (Zingiber officinale Rosc), dan filler. Ayam broiler yang digunakan adalah ayam broiler Strain Hubbard umur 5 hari yang dipasarkan oleh PT. Cipendawa Agro Industri Tbk. Pakan basal yang digunakan adalah pakan komersial BR-I yang diproduksi oleh PT. Central Proteina Prima, Semarang. Tepung jahe mcrah diproses tersendiri dari kumpulan rhizome (rimpang) jahe merah yang dibeli dari Pasar Beringharjo – Yogyakarta. Sebagai penggenap, digunakan filler yang berupa pasir halus.

Ransum penelitian ini dibuat secara iso-kalori dan iso-protein dengan rata-rata kandungan protein kasar (PK) sebesar 21-23%, energi sebesar 3150 kcal ME/kg, kalsium (Ca) 1%, serta fosfor (P) 0,5%. Pakan dan air minum diberikan secara adlibitum. Kandang yang dipergunakan berupa kelompok kandang litter bersekat dengan ukuran masing-masing kelompok (lxl) m2 dengan dinding kawat strimin setinggi 0,8 m. Untuk kebutuhan normal sehari-hari, masing-masing kandang dilengkapi dengan 2 tempat pakan dan 2 tempat minum.

Peralatan lain yang digunakan meliputi : oven 55 °C, Hammer mill, timbangan duduk kapasitas 5 kg (kepekaan 20 g), Neraca Ohaus kapasitas 20 kg (kepekaan I g), .timbangan digital kapasitas 1,2 kg (kepekaan 0,1 g),

Komposisi dan kandungan nutrient ransum yang dipergunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.       Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian (%)

Bahan

Komposisi bahan

P 0%

P 0,5%

P 1,0%

P 1,5%

P 2,0%

Ransum basal (%)1

Jahe merah (%)

Filler (%)

98, 00

0

2,00

98,00

0,50

1,50

98,00

1,00

1,00

98,00

1,50

0,50

98,00

2,00

0

Total

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Kandungan nutrient2

Air (%)

Abu (%)

Protein Kasar (%)

Lemak Kasar (%)

Serat kasar (%)

Kalsium (%)

Fosfor (%)

10,81

8,15

17,83

5,54

5,77

1,61

0,17

10,86

8,20

17,87

5,59

5,79

1,61

0,17

10,92

8,26

17,91

5,63

5,82

1,62

0,17

10,97

8,31

17,95

5,68

5,84

1,62

0,17

11,03

8,37

17,98

5,72

5,86

1,62

0,17

  1. Ransum Basal BRI – 1 diproduksi oleh PT. Central proteina Prima, semarang.
  2. Hasil analisis di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fak Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta

Dua ratus ekor ayam broiler ditempatkan pada 5 kelompok perlakuan pakan yang berbeda., setiap kelompok perlakuan pakan diberikan replikasi 5 kali. Pada pe­nelitian ini, masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor, sehingga seluruh anak ayam broiler tersebut terdistribusi secara merata pada 25 unit kandang (ayam).

Jahe merah segar yang telah dicuci bersih, diiris tipis-tipis, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1-2 hari. Untuk mengoptimalkan proses pengeringan, irisan jahe merah dikeringkan dalam oven 55 °C selama 24 jam. Setelah kering, irisan jahe merah tersebut kemudian digiling menggunakan Hammer mill dengan diameter penyaring 1 mm. Selanjutnya, untuk menghindari kerusakan secara khemis maupun mikrobiologis, tepung jahe merah tersebut disimpan dalam tabung kaca (toples) yang tertutup rapat.

 

Seluruh ayam dipelihara dalam waktu 5 minggu. Setiap minggu, seluruh ayam pada masing-masing kelompok perlakuan ditimbang untuk mendapatkan data bobot badan mingguan, total konsumsi, dan konversi pakan. Setelah berumur 5 minggu, ayam broiler diambil sampel darahnya untuk dianalisis profil sel darah merah, sel darah putih dan zat warna darah (Hb).

BAB II

PEMBAHASAN

 

Pengamatan biasa diukur dengan cara mengukur pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Dan di ukur dengan jangka waktu 5 minggu Penampilan produksi ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah.

 

Parameter yang diamati

Level jahe merah (%)

0

0,5

1,0

1,5

2,0

Konsumsi pakan (g/ekor)**

Pertambahan bobot badan (g/ekor)*

Konversi pakan*

4180,00q

1899,71

2,27b

4 4054,50

1888,44

2,15

4108,00q

1858,25

2,20

4196,50q

1955,53

2,15

4 3966,70p

1859,50a

2,14a

a,bSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

p,qSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini relatif baik, yaitu antara 3966,70 hingga 4196,50 g/ekor. Pemberian penambahan fitobiotik jahe merah dalam ransum basal memberikan sedikit peningkatan pada pertambahan bobot badan, yaitu dan 1899,71 menjadi 1955,53 g/ekor. Selanjutnya, penambahan fitobiotik jahe merah dalam ransum ternyata menurunkan konversi pakan.

Konsumsi pakan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam broiler mengalami penurunan setelah mendapatkan tambahan pakan fitobiotik jahe merah. Penambahan pakan fitobiotik jahe merah menurunkan konsumsi pakan (P<0,01) dari 4180,00 g/ekor (P-0%) menjadi 4054,50 g/ekor (?-0,5%), 4108,00 g/ekor (P-1,0%), 4196,50 g/ekor (P-1,5%), dan 3966,70 g/ekor (P-2,0%). Penurunan konsumsi pakan ini diduga disebabkan karena penetrasi senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada rhizome jahe merah, seperti : minyak atsiri (a-pinen, 3-felandren, borneol, kamfen, limonen, lina­lool, sitral, nonilaldehida, desilaldchida, metilhepte-non, sineol, hisaholen, 1-a kurku­inin, farnesen, humulen, zingiberon, zingiberol), serta oleoresin (yang mengandung zat berasa pedas, seperti : gingerol, zingeron, shogaol, tanin, gingerdiol, damar).

Pertambahan bobot badan

Rata-rata pertumbuhan ayam broiler yang digunakan sebagai materi percobaan cukup bagus. Laju pertambahan bobot badan tertinggi selama penelitian dicapai oleh kelompok ayam yang mendapatkan tambahan pakan jahe merah 1,5% (1955,53 g/ekor) dan kelompok ayam yang diberi tambahan pakan 0,5% memiliki laju pertumbuhan yang paling rendah (1888,44 g/ekor).

Kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah 1,5% dalam ransumnya memiliki laju pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain karena pakan tambahan jahe merah mengakibatkan proses pencernaan (digestion) berlangsung lebih baik.

 Penambahan jahe merah dalam ransum diduga juga menyebabkan proses pencernaan pakan terstimulasi, sehingga konversi pakan menjadi daging berjalan lebih optimal. Jahe merah memiliki sifat sebagai digestant dan stimulant. Apabila proses konversi pakan menjadi daging berjalan dengan baik, maka laju pertumbuhan (pertambahan bobot badan) akan menjadi lebih baik (Conley, 1997).

Konversi pakan

 

Kelompok ayam yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah memiliki konversi pakan lebih baik (P<0,01). Kelompok ayam yang diberi pakan tambahan 2,0% memiliki konversi pakan yang lebih baik (2,14) bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi pakan tambahan (2,27).

Profil Darah

 

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada 3 parameter utama profil darah, yaitu : keadaan sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte), dan zat warna darah (hemoglobin). Hasil pengamatan dan pengukuran profildarah ayam broiler yang dipakai sebagai materi percobaan dapat dilihat pada Tabel 3.

Jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan zat warna darah (Hb) ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah

Parameter

Yang diamati

Level jahe merah (%)

0

0,5

1,0

1,5

2

Sel darah merah (jt/µL)*

Sel darah putih (rb/µL)**

Zat warna darah (g/dL)ns

2,13a

8088,89q

8,97

2,44b

6357,50p

8,93

2,43b

6376,32p

8,78

2,13a

6720,59p

8,32

2,40b

6717,50p

8,63

a,bSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

p,qSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

nsNon Signifikan

Sel Darah Merah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah 0,5% dalam ransumnya memiliki jumlah sel darah merah yang paling banyak (2,44 jt/µL). Sebaliknya, kelompok ayam yang tidak mendapat pakan tambahan fitobiotik jahe merah memiliki jumlah sel darah merah yang paling sedikit (2,13 jt/µL). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan fitobiotik jahe merah dapat meningkatkan jumlah kandungan sel darah merah (P<0,05).

Sel Darah Putih

 

Jumlah sel darah putih ayam broiler yang terendah adalah 6357,50 rb/µL (R-0,5%) dan yang tertinggi adalah 8088,89 rb/µL (R-0%). Berdasarkan hasil penelitian nampak bahwa pemberian pakan tambahan fitobiotik jahe merah justru menurunkan kemampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih, padahal sel darah putih (leukocyte) memiliki peranan sangat penting dalam proses pembekuan darah, system imunologi tubuh, serta bertugas memusnahkan agen penyebab penyakit (Anonim, 2005).

Zat Warna Darah

 

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok ayam yang tidak diberi pakan tambahan fitobiotik jahe merah memiliki kandungan zat warna darah (Hb; Hemoglobin) yang paling tinggi (8,97 g/dL) dan kelompok yang diberi pakan tambahan fitobiotik jahe merah 1,5% memiliki kandungan Hb yang sedikit lebih rendah (8,32 g/dL). Zat warna darah yang terkandung di dalam sel darah merah (erithtocyte) ini berfungsi untuk mengikat dan mengantar oksigen ke seluruh bagian tubuh, serta memberi warna merah pada darah (Winters, 2004).

BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan, konversi pakan (FCR) dan total sel darah merah. Sedangkan penambahan pakan fitobiotik jahe merah hingga level 2% tersebut belum begitu baik pada produksi sel darah putih dan zat warna darah (Hb).

DAFTAR PUSTAKA

Achyad, D.E dan R. Rasyidah. 2000. Jahe. http://www.Asiamaya.com/jamu/isi/jahe zingiberoffinale.htm . diakses tanggal 3 April 2011.

Anonim. 2005. Darah. Available at: http://ms.wikipedia.org/wiki/darah . Diakses pada 3 April 2011.

Conley, M., 1997. Ginger – Part II. http://www.accesssnewage.com/articles/health/ginger2.htm    Diakses pada 3 April 2011.

Rismunandar, 1988. Rempah-rempah. Cetakan Pertama. Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung.

Winters, J., L. 2004. Adventorial. PT. Supreme Indo Pertiwi. Available at : http://www.sip-mlm.com/adventorial.htm . Diakses pada 3 April 2011.

Zuprizal, 2004. Antibiotik, Probiotik, dan Fitobiotik dalam Pakan Unggas – Ilmiah Populer. Majalah

PENGAWASAN MUTU PAKAN

 

“PENGARUH  PENAMBAHAN JAHE TERHADAP KONVERSI  PAKAN, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONSUMSI PAKAN TERHADAP AYAM BROILER”

 

 

 

OLEH

HARI FIRMAN HAKIM

0810612320

 

 

 

 

 

 

 

 

ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011

 

ABSTRAK 

 

Jahe merah banyak mengandung komponen bioaktif yang berupa atsiri oleoresin maupun gingerol yang berfungsi untuk membantu di dalam mengoptimalkan fungsi organ tubuh selain itu adanya kandungan vitamin dan mineral yang terdapat di dalam rimpang jahe makin meningkatkan nilai tambah tanaman ini sebagai jenis tanaman berkhasiat. Minyak atsiri juga bersifat anti inflamasi dan anti bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi ayam broiler yang diberi jahe merah (Zo) sebagai fitobiotik.

Metode:  Dua ratus ekor broiler berumur lima hari ditempatkan secara acak pada lima kelompok perlakukan pakan, yaitu P 0 (tanpa tambahan Zo), P I (dengan tambahan  Zo 0,5%) P II (dengan tambahan Zo 1 %), P III (dengan tambahan Zo 1,5 %) dan P IV (dengan tambahan Zo 2%). Pakan yang digunakan dirancang iso-kalori (3150 Kcal ME/Kg) dan iso-protein (21-23%), , Ca 1% dan P 0,5%. Setiap perlakuan diulang 5 kali, masing-masing terdiri 8 ekor ayam. Setiap akhir minggu, ayam ditimbang untuk mendapatkan penambahan berat badan (PBB), konsumsi dan konversi pakan. Setelah berumur 5 minggu, dilakukan analisis profil sel darah merah, sel darah putih dan zat warna darah (Hb). Data dianalisis varians menggunakan Rancangan Acak Lengkap (CRD) dan uji lanjut  Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penampilan produksi ayam broiler yang diberi fitobiotik jahe merah memberikan PBB lebih cepat (P <0,05), konsumsi pakan yang lebih rendah (P < 0,05). Total sel darah merah yang lebih baik (P<0,01) dibandingkan tanpa fitobiotik jahe merah. Hasil lain juga menunjukkan bahwa fitobiotik jahe merah hingga 1,5-2% memberikan efek negatif (P<0,05) pada jumlah sel darah putih dan Hb.

 

Kata kunci: jahe merah, fitobiotik, tampilan produksi, profil darah

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1 LATAR BELAKANG

Ayam pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat Indonesia, karena harganya relatif terjangkau dan pertumbuhan ayam broiler relatif lebih cepat dengan siklus hidup yang lebih singkat dibanding dengan ternak penghasil daging lain. Biaya pakan dalam usaha budidaya ternak unggas (ayam pedaging), merupakan komponen terbesar, yaitu sekitar 70% dari total biaya produksi.

 Salah satu upaya menghasilkan pakan unggas dengan harga yang terjangkau peternak adalah dengan penggunaan bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Penambahan feed additive dalam pakan dengan tujuan untuk membantu meningkatkan pemanfaatan bahan dari tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pakan. Penggunaan pakan tambahan berbahan dasar kimia yang sekarang banyak digunakan cenderung kurang baik bagi manusia yang mengkonsumsinya. Hal ini disebabkan adanya  residu dalam daging ayam tersebut.

Jahe merah banyak mengandung komponen bioaktif yang berupa atsiri oleoresin maupun gingerol yang berfungsi untuk membantu di dalam mengoptimalkan fungsi organ tubuh. Adanya kandungan vitamin dan mineral yang terdapat di dalam rimpang jahe makin meningkatkan nilai tambah tanaman ini sebagai jenis tanaman berkhasiat (Rismunandar, 1988). Minyak atsiri juga bersifat anti inflamasi dan anti bakteri (Achyad dan Rosyidah, 2000).

Produk unggas umumnya dipenuhi dari ayam (seperti: aneka macam ayam kampung, ayam pedaging/broiler, serta ayam petelur/layer), itik dan kalkun. Para nutrisionis percaya bahwa pakan yang baik secara kualitas maupun kuantitas, akan memberikan pertumbuhan yang baik pula. Berdasarkan alasan tersebut maka para praktisi dan peneliti tertarik untuk menggunakan bahan additive dalam pakan unggas.

Additive pakan adalah bahan yang tidak mengandung nutrien, sengaja ditambahkan dalam pakan ternak (pakan jadi) dalam jumlah sedikit, dengan tujuan untuk mendapatkan penampilan ternak yang lebih baik (Zuprizal, 2004), sehinga dapat meningkatkan produktivitas hasil peternakan. Additive pakan yang sering dipergunakan antara lain adalah: antibiotik, probiotik, fitobiotik, oligosakarida, enzim, asam-asam organik, zat warna serta hormon.

I.2 MATERI DAN METODE

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam broiler, pakan basal, tepung jahe merah (Zingiber officinale Rosc), dan filler. Ayam broiler yang digunakan adalah ayam broiler Strain Hubbard umur 5 hari yang dipasarkan oleh PT. Cipendawa Agro Industri Tbk. Pakan basal yang digunakan adalah pakan komersial BR-I yang diproduksi oleh PT. Central Proteina Prima, Semarang. Tepung jahe mcrah diproses tersendiri dari kumpulan rhizome (rimpang) jahe merah yang dibeli dari Pasar Beringharjo – Yogyakarta. Sebagai penggenap, digunakan filler yang berupa pasir halus.

Ransum penelitian ini dibuat secara iso-kalori dan iso-protein dengan rata-rata kandungan protein kasar (PK) sebesar 21-23%, energi sebesar 3150 kcal ME/kg, kalsium (Ca) 1%, serta fosfor (P) 0,5%. Pakan dan air minum diberikan secara adlibitum. Kandang yang dipergunakan berupa kelompok kandang litter bersekat dengan ukuran masing-masing kelompok (lxl) m2 dengan dinding kawat strimin setinggi 0,8 m. Untuk kebutuhan normal sehari-hari, masing-masing kandang dilengkapi dengan 2 tempat pakan dan 2 tempat minum.

Peralatan lain yang digunakan meliputi : oven 55 °C, Hammer mill, timbangan duduk kapasitas 5 kg (kepekaan 20 g), Neraca Ohaus kapasitas 20 kg (kepekaan I g), .timbangan digital kapasitas 1,2 kg (kepekaan 0,1 g),

Komposisi dan kandungan nutrient ransum yang dipergunakan dalam penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.       Komposisi dan kandungan nutrien ransum penelitian (%)

Bahan

Komposisi bahan

P 0%

P 0,5%

P 1,0%

P 1,5%

P 2,0%

Ransum basal (%)1

Jahe merah (%)

Filler (%)

98, 00

0

2,00

98,00

0,50

1,50

98,00

1,00

1,00

98,00

1,50

0,50

98,00

2,00

0

Total

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Kandungan nutrient2

Air (%)

Abu (%)

Protein Kasar (%)

Lemak Kasar (%)

Serat kasar (%)

Kalsium (%)

Fosfor (%)

10,81

8,15

17,83

5,54

5,77

1,61

0,17

10,86

8,20

17,87

5,59

5,79

1,61

0,17

10,92

8,26

17,91

5,63

5,82

1,62

0,17

10,97

8,31

17,95

5,68

5,84

1,62

0,17

11,03

8,37

17,98

5,72

5,86

1,62

0,17

  1. Ransum Basal BRI – 1 diproduksi oleh PT. Central proteina Prima, semarang.
  2. Hasil analisis di Laboratorium Uji Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fak Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta

Dua ratus ekor ayam broiler ditempatkan pada 5 kelompok perlakuan pakan yang berbeda., setiap kelompok perlakuan pakan diberikan replikasi 5 kali. Pada pe­nelitian ini, masing-masing kelompok terdiri dari 8 ekor, sehingga seluruh anak ayam broiler tersebut terdistribusi secara merata pada 25 unit kandang (ayam).

Jahe merah segar yang telah dicuci bersih, diiris tipis-tipis, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari selama 1-2 hari. Untuk mengoptimalkan proses pengeringan, irisan jahe merah dikeringkan dalam oven 55 °C selama 24 jam. Setelah kering, irisan jahe merah tersebut kemudian digiling menggunakan Hammer mill dengan diameter penyaring 1 mm. Selanjutnya, untuk menghindari kerusakan secara khemis maupun mikrobiologis, tepung jahe merah tersebut disimpan dalam tabung kaca (toples) yang tertutup rapat.

 

Seluruh ayam dipelihara dalam waktu 5 minggu. Setiap minggu, seluruh ayam pada masing-masing kelompok perlakuan ditimbang untuk mendapatkan data bobot badan mingguan, total konsumsi, dan konversi pakan. Setelah berumur 5 minggu, ayam broiler diambil sampel darahnya untuk dianalisis profil sel darah merah, sel darah putih dan zat warna darah (Hb).

BAB II

PEMBAHASAN

 

Pengamatan biasa diukur dengan cara mengukur pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Dan di ukur dengan jangka waktu 5 minggu Penampilan produksi ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah.

 

Parameter yang diamati

Level jahe merah (%)

0

0,5

1,0

1,5

2,0

Konsumsi pakan (g/ekor)**

Pertambahan bobot badan (g/ekor)*

Konversi pakan*

4180,00q

1899,71

2,27b

4 4054,50

1888,44

2,15

4108,00q

1858,25

2,20

4196,50q

1955,53

2,15

4 3966,70p

1859,50a

2,14a

a,bSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

p,qSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi pakan ayam broiler yang digunakan dalam penelitian ini relatif baik, yaitu antara 3966,70 hingga 4196,50 g/ekor. Pemberian penambahan fitobiotik jahe merah dalam ransum basal memberikan sedikit peningkatan pada pertambahan bobot badan, yaitu dan 1899,71 menjadi 1955,53 g/ekor. Selanjutnya, penambahan fitobiotik jahe merah dalam ransum ternyata menurunkan konversi pakan.

Konsumsi pakan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam broiler mengalami penurunan setelah mendapatkan tambahan pakan fitobiotik jahe merah. Penambahan pakan fitobiotik jahe merah menurunkan konsumsi pakan (P<0,01) dari 4180,00 g/ekor (P-0%) menjadi 4054,50 g/ekor (?-0,5%), 4108,00 g/ekor (P-1,0%), 4196,50 g/ekor (P-1,5%), dan 3966,70 g/ekor (P-2,0%). Penurunan konsumsi pakan ini diduga disebabkan karena penetrasi senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada rhizome jahe merah, seperti : minyak atsiri (a-pinen, 3-felandren, borneol, kamfen, limonen, lina­lool, sitral, nonilaldehida, desilaldchida, metilhepte-non, sineol, hisaholen, 1-a kurku­inin, farnesen, humulen, zingiberon, zingiberol), serta oleoresin (yang mengandung zat berasa pedas, seperti : gingerol, zingeron, shogaol, tanin, gingerdiol, damar).

Pertambahan bobot badan

Rata-rata pertumbuhan ayam broiler yang digunakan sebagai materi percobaan cukup bagus. Laju pertambahan bobot badan tertinggi selama penelitian dicapai oleh kelompok ayam yang mendapatkan tambahan pakan jahe merah 1,5% (1955,53 g/ekor) dan kelompok ayam yang diberi tambahan pakan 0,5% memiliki laju pertumbuhan yang paling rendah (1888,44 g/ekor).

Kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah 1,5% dalam ransumnya memiliki laju pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lain karena pakan tambahan jahe merah mengakibatkan proses pencernaan (digestion) berlangsung lebih baik.

 Penambahan jahe merah dalam ransum diduga juga menyebabkan proses pencernaan pakan terstimulasi, sehingga konversi pakan menjadi daging berjalan lebih optimal. Jahe merah memiliki sifat sebagai digestant dan stimulant. Apabila proses konversi pakan menjadi daging berjalan dengan baik, maka laju pertumbuhan (pertambahan bobot badan) akan menjadi lebih baik (Conley, 1997).

Konversi pakan

 

Kelompok ayam yang mendapatkan pakan tambahan jahe merah memiliki konversi pakan lebih baik (P<0,01). Kelompok ayam yang diberi pakan tambahan 2,0% memiliki konversi pakan yang lebih baik (2,14) bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak diberi pakan tambahan (2,27).

Profil Darah

 

Pada penelitian ini dilakukan pengamatan pada 3 parameter utama profil darah, yaitu : keadaan sel darah merah (erythrocyte), sel darah putih (leukocyte), dan zat warna darah (hemoglobin). Hasil pengamatan dan pengukuran profildarah ayam broiler yang dipakai sebagai materi percobaan dapat dilihat pada Tabel 3.

Jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan zat warna darah (Hb) ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah

Parameter

Yang diamati

Level jahe merah (%)

0

0,5

1,0

1,5

2

Sel darah merah (jt/µL)*

Sel darah putih (rb/µL)**

Zat warna darah (g/dL)ns

2,13a

8088,89q

8,97

2,44b

6357,50p

8,93

2,43b

6376,32p

8,78

2,13a

6720,59p

8,32

2,40b

6717,50p

8,63

a,bSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

p,qSuperskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

nsNon Signifikan

Sel Darah Merah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ayam broiler yang mendapatkan pakan tambahan fitobiotik jahe merah 0,5% dalam ransumnya memiliki jumlah sel darah merah yang paling banyak (2,44 jt/µL). Sebaliknya, kelompok ayam yang tidak mendapat pakan tambahan fitobiotik jahe merah memiliki jumlah sel darah merah yang paling sedikit (2,13 jt/µL). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan fitobiotik jahe merah dapat meningkatkan jumlah kandungan sel darah merah (P<0,05).

Sel Darah Putih

 

Jumlah sel darah putih ayam broiler yang terendah adalah 6357,50 rb/µL (R-0,5%) dan yang tertinggi adalah 8088,89 rb/µL (R-0%). Berdasarkan hasil penelitian nampak bahwa pemberian pakan tambahan fitobiotik jahe merah justru menurunkan kemampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih, padahal sel darah putih (leukocyte) memiliki peranan sangat penting dalam proses pembekuan darah, system imunologi tubuh, serta bertugas memusnahkan agen penyebab penyakit (Anonim, 2005).

Zat Warna Darah

 

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelompok ayam yang tidak diberi pakan tambahan fitobiotik jahe merah memiliki kandungan zat warna darah (Hb; Hemoglobin) yang paling tinggi (8,97 g/dL) dan kelompok yang diberi pakan tambahan fitobiotik jahe merah 1,5% memiliki kandungan Hb yang sedikit lebih rendah (8,32 g/dL). Zat warna darah yang terkandung di dalam sel darah merah (erithtocyte) ini berfungsi untuk mengikat dan mengantar oksigen ke seluruh bagian tubuh, serta memberi warna merah pada darah (Winters, 2004).

BAB III

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan jahe merah dalam pakan hingga 2,0% dalam ransum memberikan pengaruh yang relatif baik pada pertambahan bobot badan, total konsumsi pakan, konversi pakan (FCR) dan total sel darah merah. Sedangkan penambahan pakan fitobiotik jahe merah hingga level 2% tersebut belum begitu baik pada produksi sel darah putih dan zat warna darah (Hb).

DAFTAR PUSTAKA

Achyad, D.E dan R. Rasyidah. 2000. Jahe. http://www.Asiamaya.com/jamu/isi/jahe zingiberoffinale.htm . diakses tanggal 3 April 2011.

Anonim. 2005. Darah. Available at: http://ms.wikipedia.org/wiki/darah . Diakses pada 3 April 2011.

Conley, M., 1997. Ginger – Part II. http://www.accesssnewage.com/articles/health/ginger2.htm    Diakses pada 3 April 2011.

Rismunandar, 1988. Rempah-rempah. Cetakan Pertama. Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung.

Winters, J., L. 2004. Adventorial. PT. Supreme Indo Pertiwi. Available at : http://www.sip-mlm.com/adventorial.htm . Diakses pada 3 April 2011.

Zuprizal, 2004. Antibiotik, Probiotik, dan Fitobiotik dalam Pakan Unggas – Ilmiah Populer. Majalah

From → Uncategorized

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar