Lanjut ke konten

antibiotik alami

Maret 14, 2012

 

PENGAWASAN MUTU PAKAN

ANTIBIOTIK ALAMI

 

OLEH

HARI FIRMAN HAKIM

0810612320

 

 

 

 

ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2011

BAB I

PENDAHULUAN

Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman.

Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.

Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti strychnine, antibiotika dijuluki peluru ajaib: obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan Setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Antibiotika oral (yang dimakan) mudah digunakan bila efektif, dan antibiotika intravena (melalui infus) digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotika kadangkala dapat digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.

Penemuan antibiotika terjadi secara ‘tidak sengaja’ ketika Alexander Fleming, pada tahun 1928, lupa membersihkan sediaan bakteri pada cawan petri dan meninggalkannya di rak cuci sepanjang akhir pekan. Pada hari Senin, ketika cawan petri tersebut akan dibersihkan, ia melihat sebagian kapang telah tumbuh di media dan bagian di sekitar kapang ‘bersih’ dari bakteri yang sebelumnya memenuhi media. Karena tertarik dengan kenyataan ini, ia melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kapang tersebut, yang ternyata adalah Penicillium chrysogenum syn. P. notatum (kapang berwarna biru muda ini mudah ditemukan pada roti yang dibiarkan lembab beberapa hari). Ia lalu mendapat hasil positif dalam pengujian pengaruh ekstrak kapang itu terhadap bakteri koleksinya. Dari ekstrak itu ia diakui menemukan antibiotik alami pertama: penicillin G.

Penemuan efek antibakteri dari Penicillium sebelumnya sudah diketahui oleh peneliti-peneliti dari Institut Pasteur di Perancis pada akhir abad ke-19 namun hasilnya tidak diakui oleh lembaganya sendiri dan tidak dipublikasi.

Karena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnya strain bakteri yang ‘kebal’ terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkanbakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang ‘tanggung’ hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang kebal.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Penggunaan senyawa antibiotik mengalami penurunan dan bahkan di beberapa negara telah melarang penggunaan antibiotik sebagai bahan additive dalam pakan ternak, hal ini disebabkan karena hadirnya residu dari antibiotik yang dapat berbahaya bagi konsumen produk peternakan, di samping itu antibiotik dapat menciptakan mikroorganisme yang resisten dalam tubuh manusia atau ternak terutama bakteri-bakteri patogen diantaranya Salmonella sp..  

Salah satu alternatif yang aman digunakan sebagai feed additive pada ransum maupun air minum adalah ramuan dari tanaman-tanaman herbal yang relatif lebih murah dan mudah didapatkan, sehingga akan memberikan keuntungan bagi peternak. Selain itu, ramuan herbal juga mampu menurunkan level kolesterol dalam tubuh ternak sehingga akan berpengaruh pada produk-produk peternakan diantaranya telur dan daging.

Ramuan herbal telah sejak dahulu dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obat maupun untuk memperbaiki metabolisme dalam tubuh. Laporan ilmiah populer menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan ramuan herbal untuk manusia juga ampuh menekan berbagai penyakit pada ternak, namun fakta ilmiah belum banyak mengungkapkannya. Perbaikan metabolisme melalui pemberian ramuan herbal secara tidak langsung akan meningkatkan performans ternak melalui zat bioaktif yang dikandungnya. Dengan demikian, ternak akan lebih sehat karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, dan menurut pengamatan peternak aroma daging dan telur ayam yang diberi jamu tidak amis dibandingkan dengan ayam yang tidak diberi jamu (Zainuddin dan Wakradihardja, 2001 dalam Agustina, 2006).  

Menurut Rahayu dan Budiman (2008) bahwa tingginya harga obat-obatan dan pakan komersial serta peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya keamanan pangan yang dikonsumsinya mendorong pemikiran untuk memanfaatkan berbagai tanaman tradisional baik sebagai feed supplement dan atau obat-obatan. Indonesia kaya sekali akan tanaman tradisional yang memiliki fungsi positif dan belum dieksplorasi secara optimal sampai saat ini. Penggunaan antibiotik sebagai feed additive dalam ransum selama ini memberikan dampak atau pengaruh yang negatif diantaranya adanya residu dan resistensi bakteri.

Selain itu, di Indonesia penggunaan antibiotik pada ternak tidak terkontrol, akibatnya memberikan dampak negatif pada ternak maupun manusia yang mengkonsumsi produk peternakan. Saat ini diperlukan bahan-bahan alternatif yang aman dan alami sebagai pengganti fungsi dari antibiotik diantaranya ramuan herbal. Penggunaan herbal sebagai feed additive dalam ransum broiler bertujuan untuk mengganti penggunaan antibiotik sebagai growth promotor dan pencegah penyakit pada ternak unggas sehingga ternak dan manusia dapat terhindar dari residue antibiotik dan resistensi bakteri.

 Manfaat penggunaan herbal dalam ransum unggas adalah sebagai feed additive yang memiliki dampak positif terhadap peningkatan pertumbuhan dan kesehatan ternak. Selain itu, penggunaan herbal relatif lebih murah dibandingkan dengan antibiotik, sehingga penggunaan herbal kini harus lebih ditingkatkan dan masa yang akan datang dengan cara yang modern.

 

II.1 KUNYIT

Kunyit hampir selalu dipakai peternak ayam organik. Kunyit mengandung senyawa aktif kurkumin. Senyawa ini memiliki aktivitas farmakologis sebagai antiradang, antimikroba, antivirus, antikolesterol, dan sitotoksik atau menghambat sel kanker. Tingkat kematian ayam yang diberi ramuan herbal di Balai Penelitan Ternak, Ciawi, Bogor,turun menjadi 2% dari sebelumnya 6%.

Herbal lain umumnya berfungsi sebagai antibiotik alami bagi ayam. Contoh bawang putih dan daun sirih. Kedua bahan itu dikenal mengandung senyawa antibiotik. Sementara penggunaan temulawak dimaksudkan untuk meningkatkan nafsu makan ayam. Oleh karena itu kombinasi herbal itu dapat membuat pertumbuhan ayam optimal dengan daya tahan tubuh lebih baik. Beberapa peternak seperti Soemini menambahkan gula merah dan mikroba starter ke dalam ramuan herbal.

 Mikroba berfungsi sebagai probiotik untuk meningkatkan daya cerna ayam sekaligus menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan, sementara gula menjadi sumber energi kehidupan mikroba.

II.2 BAWANG PUTIH

Vigo Premium adalah paduan minyak vco dan minyak bawang putih yang berfungsi sebagai herbal anti kanker dan mencegah obesitas.
Kandungan senyawa alisin dalam bawang putih berfungsisebagai antibiotik alami dan senyawa asam laurat berfungsi sebagai pembunuh virus, bakteri jamur dan kuman.

Merupakan salah satu anggota keluarga bawang, bawang putih merupakan salah satu tanaman budidaya tertua dan memiliki sejarah yang kaya dalam penggunaan bidang kuliner dan pengobatan. Terbukti bahwa bawang putih dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan mengurangi trigliserida dan tekanan darah. Suatu senyawa alami dalam bawang putih dikenal sebagai allicin tampaknya bertanggung jawab untuk efek penurun kolesterol. Bawang putih merupakan sumber vitamin dan mineral seperti kalsium, besi, magnesium, fosfor, kalium, dan natrium.

Terdapat banyak sekali khasiat bawang putih, khasiat yang utama antara lain: memperbaiki kerja otak, menjaga sistem kekebalan tubuh, membantu menghambat proses penuaanmengurangi resiko terkena kanker, membantu menurunkan kadar kolesterol, membantu mencegah penggumpalan darah, membantu meredakan stress, kecemasan, dan depresi, menghindarkan dari kemungkinan berpenyakit jantung, menyembuhkan tekanan darah tinggi, meringankan tukak lambung, menurunkan kolesterol dalam darah, meningkatkan insulin darah bagi penderita diabetes, sebagai penawar racun, membantu menambahkan nafsu makan apabila dimakan mentah dan berbagai khasiat lainnya.

II.3 DAUN SIRIH

Mastitis adalah salah satu penyakit yang sering menyerang pada kambing perah. Pencegahan dan pengobatan penyakit mastitis atau radang internal kelenjar ambing akibat serangan bakteri Streptococcus agalactiae, Staphylococcus epidermis dan Staphylococcus aerus. Biasa dilakukan  pencelupan (dipping) putting ke dalam cairan desinfektan kimia (cairan anti mikroba), tujuannya adalah  meminimalisir jumlah patogen mastitis. Desinfektan kimia  mengandung fenol, alkohol, klor, zat warna, sulfonamida, garam-garam dari logam berat yang mudah merusak kulit ternak dan dari segi harga juga relatif mahal.

Tetapi sekarang di era pertanian organik yang menuntut bahan pangan aman bagi manusia. Desinfektan kimia dapat digantikan dengan desinfektan alami menggunakan ekstrak dan air rebusan daun sirih. Sirih   adalah tanaman herbal yang telah digunakan secara turun menurun sebagai obat herbal masyarakat Indonesia.

Penggunaan antimikroba alami sebagai alternatif pengganti desinfektan kimia telah diteliti oleh Iyep Komala, Dosen dan Peneliti Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB). Pencegahan dan pengobatan mastitis dengan melalui pencelupan cairan ekstrak daun sirih biasanya menggunakan ekstrak dengan konsentrasi 25 % atau 50 %. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 25 % dan 50 % mampu membunuh bakteri penyebab mastitis hingga 99 %. Begitu pula dengan menggunakan air rebusan daun sirih.

 Dari hasil penelitiannya minyak atsiri yang terkandung dalam daun sirih mengandung minyak terbang (betlephenol), seskuiterpena, pati, diatase, gula dan chavicol yang memiiki daya mematikan kuman, antioksidasi dan anti jamur selain itu harganya lebih murah. Aplikasi  dengan menggunakan ekstrak daun sirih atau rebusan daun sirih sebagai pencelup puting mempunyai dasar yang kuat karena adanya kandungan minyak atsiri yang mempunyai aktivitas antimikroba.

Persentase serangan mastitis subklinis paling tinggi terjadi di Indonesia, sekitar 67-90 % pada tahun 1983 sampai tahun 2002. Jika tidak dicegah mastitis subklinis akan berubah menjadi mastitis klinis. 

Cara Pembuatan ekstrak  dengan rebusan daun sirih.

Cara  ekstrak daun sirih diencerkan dengan alkohol dan aquadest. Kemudian masukkan cairan ekstrak daun sirih ke dalam wadah atau cangkir ukuran 250 ml, kemudian celupkan puting sapi ke dalamnya. Pencelupan dilakukan selama 30 detik hingga 1 menit, dua kali sehari, setelah pemerahan susu.

Sedangkan cara menggunakan rebusan daun sirih langkah pembuatan sebagai berikut :

1.      Sediakan Air bersih (bukan air yang mengandung kaporit) 750 ml

2.      Sediakan Daun sirih hijau atau sirih  kuning  7-10 lembar

3.      Rebus daun sirih hingga air rebusan berwarna tampak kehijauan (kurang lebih 750 Celcius)

4.      Pastikan warna air tidak pekat dan tidak mengental

5.      Masukkan kedalam wadah dengan ukuran 250 ml dan dinginkan

Pemberiannya dapat dilakukan dengan pencelupan dan penyuntikan, dengan cara:  

1.      Bersihkan dulu putting dari krim pelican (vaselin) jika tidak dibersihkan maka cairan desinfektan alami ini tidak bisa masuk ke lubang putting
2.      Masukkan air rebusan tadi kedalam gelas ukuran 250 ml
3.      Celupkan ke putting ternak cairan rebusan daun sirih selama 30 detik hingga 1 menit.
4.      Pencelupan dilakukan dua kali sehari setelah pemerahan

Selain dicelupkan air rebusan daun sirih juga dapat disuntikkan kedalam putting apabila ternak sudah terindikasi positif terkena mastitis.

Cara penyuntikan :

1.      Sediakan alat suntik (spet), buang jarumnya

2.      Isi alat suntik dengan cairan daun sirih 

3.      Urut areal puting ketas agar cairan desinfektan menyebar ke seluruh bagian putting

4.      Tunggu sekitar 1 menit, kemudian keluarkan lagi dengan cara mengurut ke arah lubang puting.

5.      Sama dengan cara pencelupan metode penyuntikan juga dilakukan secara rutin dua kali sehari setelah proses pemerahan.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

Begitu pentingnya pengunaan antibiotik alami ini sehinngga mampu memberikan hasil  ternak yang organik dan murah tanpa menimbulkan efek samping terhadap konsumennya.

 

From → Uncategorized

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar